Hadirkan sisi pandang berbeda, arsitek Julian Modifikasi Royal Enfield Himalayan menerabas kerasnya metropolitan.
Yogyakarta, Autos.id – Tentunya setiap orang memiliki cita rasa berbeda dalam memodifikasi motor kesayangannya. Namun, apa jadinya bila seorang arsitek yang biasa membidani lahirnya sebuah bangunan, memutuskan untuk memodifikasi motor Royal Enfield Himalayan?
Adalah Julian Palapa, seorang arsitek dari Jakarta, yang menerapkan interpretasi berbeda dalam melihat modifikasi motor khususnya Royal Enfield Himalayan. Bagi Julian, Royal Enfield Himalayan adalah motor dengan karakter laksana petualang tangguh. “Nah, bagaimana caranya karakter kuat tersebut kita ubah sedikit untuk menambah kelincahan motor ini dalam menerabas mobilitas metropolitan,” ucap pendiri firma arsitektur Hello Kilau ini.
Visi Julian akhirnya dapat terwujudkan dengan mengikuti kompetisi modifikasi Royal Enfield bertajuk RE-Build dari dealer resmi mereka, PT Distributor Motor Indonesia (DMI). “Pada awalnya saya ragu untuk mengikuti RE-Build. Setahu saya, yang ikut kompetisi itu builder papan atas semua. Mendengar nama-nama kontestan saja membuat saya kecil hati. Namun saya sudah mantap untuk mengikuti kompetisi tersebut. “Maju saja deh. Nothing to lose,” tambah pria berumur 43 tahun ini.
Kemudian ia mengumpulkan sekitar 3 tim arsiteknya untuk bersama-sama brainstorming merancang, desain modifikasi Royal Enfield Himalayan yang terbilang maskulin ini. Dengan menerapkan filosofi desain rancang bangunan yang fungsional. Proposal desainnya pun terkesan bergaya ala firma arsitektur. Bukan anak motor.
Dalam mendesain Royal Enfield Himalayan ini, Julian mengimplementasikan tiga variabel penting dalam desain arsitektur. Pertama adalah firmitas atau struktur rancang bangun, lalu utilitas atau fungsi bangunan dan yang terakhir adalah venustas atau estetika.
“Tiga variable ini adalah yang terdasar dalam merancang sebuah bangunan. Saya coba untuk membawa nilai ini ke dalam Royal Enfield Himalayan,” lanjut pria yang juga anggota Royal Riders Indonesia.
Ketika ditanya mengenai style desain favoritnya, Julian berkata bahwa ia menghindar terkotak dalam sebuah gaya tertentu. “Free from any style“, ucapnya. “Saya sengaja menghindar dari typecast desain tertentu, agar tetap relevan dalam keadaan apa pun. Yang penting beauty follows function. Itu resep saya ketika membangun motor yang saya namakan .02View ini,” imbuh Julian.
Nama .02View (baca: second view) sendiri dipilih Julian untuk menggambarkan cara pandang berbeda yang Ia ambil saat mengembangkan konsep motor ini.
Dalam kompetisi tersebut, Julian menawarkan design thinking yaitu motor adventure yang mampu berpetualang dalam menerabas padatnya kota metropolitan. Namun, dilengkapi dengan parts modern yang mampu menunjang mobilitas pengendaranya secara harian.
Usai mengajukan desain .02View, Julian kembali melanjutkan kegiatan sehari-harinya sebagai arsitek. “Ketika saya berlibur di Amsterdam, datanglah telepon dari DMI yang menyatakan bahwa desain saya lolos. Saya tidak menyangka, serta takjub. Kok bisa ya desain saya terpilih dari antara karya para suhu modifikasi motor di Indonesia?” heran Julian.
Lanjut dipanggil ke DMI, untuk menjelaskan lebih rinci desain serta proses pengerjaan .02View kepada para juri. Ia ditantang oleh para juri untuk menyelesaikan desainnya menjadi kenyataan hanya dalam waktu 7 bulan. Proses pengerjaan .02View terbilang tidak mudah. Shock depan Showa diusahakan untuk dipasang dengan menciptakan segi tiga atau triple tree baru. Shock depan tersebut ditunjang dengan sistem pengereman double disc dengan 8 piston dari Nissin Radial.
Belum lagi mencetak ulang velg belakang berbahan dasar aluminium. Uniknya, velg tersebut memiliki secondary skin atau dop berbahan galvalum. Bahan unik ini biasanya diimplementasikan untuk pembuatan kanopi memiliki fungsi untuk melindungi bagian rumah atau bangunan lainnya dari hujan atau sinar matahari. Jika dibandingkan dengan bahan lainnya, galvalum tergolong lebih awet dan tahan lama serta tahan terhadap karat ataupun akibat perubahan cuaca dan kelembapan.
Berbalurkan striping kuning disertai warna putih dan hitam, kesan visual .02View adalah hasil polling yang dilakukan Julian melalui media sosial. Sekitar 189 orang turut berpartisipasi dalam polling tersebut, yang dilaksanakan di Instagram, Facebook dan WhatsApp.
Secara umum, dimensi motor berubah. Tinggi awal dari tanah ke jok pengemudi menyusut, dari yang awalnya 800 milimeter menjadi 760 milimeter. Panjang motor secara keseluruhan turut menyusut, dari awalnya 2190 milimeter, menjadi 2110 milimeter. Hal ini bertujuan agar siapa pun yang mengendarai .02View tidak akan mengalami kesulitan ketika berpijak ke tanah, yang jelas menunjang kelincahan dalam berkendara.
Menurut Julian, keberhasilan sebuah karya dinilai dari kemampuannya dalam menggugah emosi manusia. Ia percaya bahwa yang membatasi sebuah desain hanyalah kemauan dari setiap orang untuk berimajinasi. “Kehadiran .02View bukan untuk berkompetisi. Bukan untuk menunjukkan siapa lebih unggul. Saya hanya menyajikan sisi pandang baru, yang personal dari profesi seorang arsitek, dalam memodifikasi motor,” tutup Julian.
Detail Spesifikasi .02View:
Shock depan: Showa type SFF
Wheels Base: 148 cm
Panjang motor: 211 cm
Tinggi jok/seat: 76 cm
Ground clearance: 19 cm
Handle bar: Protaper Evo Panjang 84 cm
Velg depan: 18 inch 300
Velg belakang: 18 inch 350
Ban depan: Shinko E805 – 120/90/18B
Ban belakang: Shinko E805 – 150/70/18
Rem depan: Double disc brake 8 piston Nissin Radial
Rem belakang: Brembo 2 piston with selang hel
Headlamp: Daymaker 5 inch
Handgrip: Vans moto
Shock breker belakang: Ohlins
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi autos.id.