Connect with us

Hi, what are you looking for?

Berita Otomotif

BBM Ethanol 10 Persen Aman Untuk Kendaraan?

Autos.id – Apakah BBM Ethanol 10 persen (E10) aman buat mesin kendaraan di Indonesia?
Pertanyaan ini mulai sering muncul seiring rencana pemerintah mewajibkan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan yang dicampur bioetanol.

Di satu sisi, BBM Ethanol E10 dijanjikan sebagai solusi menekan impor BBM fosil dan mengurangi emisi karbon. Tapi di sisi lain, banyak pemilik motor dan mobil lama masih ragu—khawatir mesin mereka justru cepat rusak. Jadi, bagaimana sebenarnya fakta di balik E10 ini?

Langkah Besar Pemerintah Menuju E10

Pemerintah lewat Kementerian ESDM sudah menyiapkan peta jalan menuju mandatori bensin etanol 10 persen (E10) yang ditargetkan berlaku penuh sekitar 2027–2028. Presiden Prabowo dikabarkan sudah menyetujui inisiatif ini sebagai kelanjutan dari keberhasilan program biodiesel B40, dengan tujuan utama mengurangi ketergantungan impor dan menurunkan emisi karbon nasional.

Untuk menopang kebutuhan nasional—sekitar 2,3 hingga 2,6 juta ton etanol per tahun—pemerintah sedang membangun pabrik bioetanol baru dari tebu dan singkong di Merauke dan Bojonegoro. Tak hanya Pertamina, sektor swasta juga dilibatkan untuk menjamin suplai dan distribusi bahan bakar berbasis etanol ini.

Apakah Mobil dan Motor di Indonesia Siap E10?

Menurut Direktur Jenderal EBTKE, Eniya Listiani Dewi, sebagian besar mesin kendaraan modern sebenarnya sudah kompatibel hingga campuran E20 tanpa perlu ubahan besar. Pabrikan besar seperti Toyota dan Honda juga mengonfirmasi mesin injeksi mereka mampu membakar E10 secara aman.

Namun, kendaraan lama terutama yang masih karburator atau non-injeksi—perlu lebih waspada. Sifat etanol yang higroskopis (menyerap air) dan pelarut kuat bisa mempercepat kerusakan pada seal, gasket, dan selang karet. Beberapa mekanik di forum otomotif lokal mengaku sering menemukan tangki dan pipa bahan bakar berkarat setelah kendaraan lama memakai bensin bercampur etanol.

Solusinya? Untuk kendaraan lama, disarankan mengganti komponen bahan bakar dengan material yang tahan etanol dan rutin memeriksa kondisi tangki serta filter. Kalau masih ragu, pengguna bisa tetap menggunakan Pertamax biasa yang belum mengandung etanol tinggi.

Uji Coba Pertamax Green 95: Langkah Awal ke Arah E10

Pertamina kini sudah menjual BBM Ethanol dengan produk Pertamax Green 95 (E5)—bensin RON 95 dengan kandungan etanol 5%—di lebih dari 160 SPBU di Jabodetabek, Semarang, dan Surabaya. Langkah ini jadi anggapan sebagai jembatan menuju E10.
Namun, dari sisi teknis distribusi, tantangan masih ada. Tangki bawah tanah di SPBU harus modifikasi agar mampu menahan penumpukan air akibat etanol, dan sistem pipa harus berikan stabilizer pengikat air supaya campuran tetap homogen.

Dampak Nyata di Lapangan

Secara performa, etanol punya octane number tinggi sehingga bisa mengurangi knocking atau ngelitik. Tapi karena kandungan energi per liternya lebih rendah 3–5% bandingkan dengaan bensin murni, kendaraan pengguna E10 akan sedikit lebih boros.

Masalah lain yang orang keluhkan terutama pengguna lama adalah penurunan tenaga dan mesin mudah panas. Umumnya terjadi di motor atau mobil karburator yang belum dikalibrasi ulang. Etanol juga bisa menyebabkan phase separation, di mana air dan etanol mengendap di tangki, menciptakan lapisan terpisah yang bisa menyumbat filter bahan bakar.

Meski begitu, banyak bengkel menyebut untuk motor injeksi modern, E10 justru membakar lebih bersih, menurunkan emisi, dan membuat ruang bakar lebih dingin. “Yang penting jangan biarkan bensin lama mengendap di tangki,” kata salah satu mekanik di kawasan Depok.

Masalah dan Solusi yang Muncul

Beberapa masalah yang teridentifikasi sejauh ini:

  • Korosi & kerusakan karet di kendaraan lama

  • Efisiensi bahan bakar menurun 3–5%

  • Pemisahan fase (air-etanol) jika bahan bakar tersimpan lama

  • Ketersediaan etanol domestik yang belum stabil

Sedangkan solusi yang kini Dalam pembahasan:

  • Peningkatan produksi bioetanol dalam negeri melalui pabrik baru

  • Keterlibatan swasta dalam distribusi E10

  • Edukasi teknis bagi pengguna dan bengkel

  • Penerapan bertahap untuk menghindari shock pasar

  • Rekomendasi upgrade ringan untuk kendaraan non-injeksi

E10, Langkah Maju yang Butuh Persiapan Serius

E10 bukan “racun” untuk mesin, tapi juga bukan bahan bakar yang bisa langsung cocok untuk semua kendaraan. Mobil dan motor modern siap melahapnya tanpa drama, sementara kendaraan lawas perlu sedikit adaptasi. Di sisi lain, keberhasilan program ini sangat bergantung pada pasokan etanol yang stabil, infrastruktur SPBU yang siap, dan edukasi publik yang merata.

Kalau semua faktor itu berjalan seimbang, E10 bisa jadi bahan bakar masa depan Indonesia—lebih hijau, lebih mandiri, dan tetap aman buat mesin kita. Tapi tanpa persiapan matang, bukan tak mungkin program ramah lingkungan ini malah membuat pengguna di jalanan jadi “korban uji coba”.

Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi autos.id.

Baca Juga

Exit mobile version